Adab Menghormati yang Lebih Tua dan Menyayangi yang Lebih Muda

 







Rasulullah bersabda,

لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيُوَقِّرْ كَبِيرَنَا

“Bukan golongan kami orang yang tidak menyayangi yang lebih muda atau tidak menghormati yang lebih tua.” (HR. at-Tirmidzi no. 1842 dari shahabat Anas bin Malik)

Para pembaca yang semoga dirahmati oleh Allah. Hadits ini menunjukkan tentang disyariatkannya berakhlak yang baik dan wajibnya menyayangi antar sesama kaum muslimin. Hadits ini menerangkan tentang adab atau sopan santun dalam Islam ketika kita bergaul dengan anak muda atau orang tua, yang masing-masingnya memiliki hak yang pantas diberikan baginya.

Terhadap yang lebih tua maka hendaklah kita menghormati dan memuliakannya, karena mereka memiliki keutamaan. Adapun terhadap yang lebih muda maka hendaklah kita menyayangi dan lemah lembut kepadanya, karena pada diri yang lebih muda akal dan ilmunya masih kurang. Mereka perlu dibimbing dan dipenuhi kebutuhannya serta tidak menghukumnya apabila tidak sengaja melakukan kesalahan.

Demikianlah Islam mengajarkan akhlak mulia, saling menghormati dan menyayangi antar sesama muslim yang membuahkan rasa persaudaraan dan persatuan di antara kaum muslimin.

Makna ucapan beliau “bukan golongan kami” adalah bukanlah merupakan petunjuk kami atau ajaran kami. Bukanlah makna “bukan golongan kami” berarti dia adalah kafir.
Di antara bentuk menghormati orang yang lebih tua adalah:


1. Mendahulukan orang yang lebih tua dalam berbicara.

Mengapa mendahulukan orang yang lebih tua dalam berbicara? Karena disamping dalam rangka menghormati kedudukan mereka, keumuman orang yang lebih tua lebih bagus dalam berbicara dibandingkan dengan yang lebih muda. Disebutkan dalam sebuah kisah, tiga orang shahabat Nabi yang bernama ‘Abdurrahman bin Sahl, Huwaishah bin Mas’ud dan Muhaishah bin Mas’ud mendatangi Nabi untuk mengadukan suatu permasalahan. Setelah sampai dihadapan beliau, mulailah ‘Abdurrahman bin Sahl berbicara dan dia adalah yang paling muda di antara mereka.

Maka Nabi pun menegurnya seraya bersabda, كَبِّرْ الْكُبْرَ “Hormatilah yang lebih tua.” Yahya –salah seorang perawi hadits ini– menerangkan, “Hendaknya yang memulai berbicara adalah yang lebih tua.” (HR. al-Bukhari no. 5677 dari shahabat Rafi’ bin Khadij dan Sahl bin Abi Hatsmah) Kapankah yang lebih muda diperbolehkan untuk berbicara dihadapan yang lebih tua? Al-Imam al-Bukhari dalam kitab al-Adabul Mufrad membuat sebuah bab “Apabila yang lebih tua tidak berbicara apakah boleh bagi yang lebih muda berbicara?”

Kemudian beliau menyebutkan sebuah kisah dari Abdullah bin Umar. Suatu hari Rasulullah menyampaikan sebuah teka-teki,

أَخْبِرُونِي بِشَجَرَةٍ مَثَلُهَا مَثَلُ الْمُسْلِمِ تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَلَا تَحُتُّ وَرَقَهَا

“Beritahukanlah kepadaku tentang suatu pohon yang permisalannya seperti seorang muslim. Pohon tersebut mengeluarkan buahnya setiap waktu dan tidak menggugurkan daunnya dengan seizin Rabbnya.”  Abdullah bin Umar berkata, “Dalam hatiku terbersit bahwa itu adalah pohon kurma, namun aku enggan untuk berbicara karena disana ada Abu Bakr dan Umar.” Ketika Abu Bakr dan Umar tidak menjawab maka Rasulullah pun memberikan jawaban, “Itu adalah pohon kurma.” Ketika Abdullah bin Umar keluar dari majelis bersama ayahnya dia pun berkata, “Wahai ayahku, tadi terbersit dalam hatiku bahwa itu adalah pohon kurma.”

Umar berkata, “Apa yang menghalangimu untuk menjawabnya? Kalau seandainya engkau menjawabnya maka yang demikian ini lebih aku senangi daripada ini dan itu (harta terbaik).” Abdullah bin Umar berkata, “Tidak ada yang menghalangiku untuk menjawab melainkan karena engkau dan Abu Bakr tidak berbicara sehingga akupun enggan untuk berbicara.” (HR. al-Bukhari no. 360 dalam al-Adabul Mufrad dari shahabat Abdullah bin Umar) Hadits ini menunjukkan tentang bolehnya yang lebih muda berbicara dihadapan yang lebih tua dengan syarat yang lebih muda memiliki kepandaian dan tidak ada satupun dari yang lebih tua berbicara.


2. Mendahulukan orang yang lebih tua untuk mendapatkan tempat duduk dalam majelis.

Al-Hafizh al-‘Iraqi berkata, “Termasuk dalam masalah ini pula adalah memberikan tempat yang lapang kepada orang yang baru datang ke majelis apabila memungkinkan, terlebih lagi apabila dia termasuk orang yang berhak untuk dimuliakan seperti orang yang sudah tua, orang berilmu atau pemuka masyarakat.” (Faidhul Qadir, jilid 5, hlm. 494)


3. Yang lebih muda mengucapkan salam terlebih dahulu kepada yang lebih tua.

Rasulullah bersabda,

يُسَلِّمُ الصَّغِيرُ عَلَى الْكَبِيرِ وَالْمَارُّ عَلَى الْقَاعِدِ وَالْقَلِيلُ عَلَى الْكَثِير

“Yang lebih muda mengucapkan salam kepada yang lebih tua, yang berjalan kaki mengucapkan salam kepada yang duduk dan yang sedikit mengucapkan salam kepada yang banyak.” (HR. al-Bukhari no. 5763 dari shahabat Abu Hurairah)


4. Mengangkat orang yang paling tua sebagai pemimpin.

Bahwasanya Qais bin ‘Ashim pernah berwasiat kepada anak-anaknya menjelang kematiannya,

اتَّقُوا اللهَ وَسَوِّدُوا أَكْبَرَكُمْ فَاِنَّ القَومَ إِذَا سَوَّدُوا أَكْبَرَهُم خَلَفُوا أَبَاهُم وَإِذَا سَوَّدُوا أَصْغَرَهُم أَزْرَى بِهِمْ ذَلِكَ فِي أَكْفَائِهِم

“Bertakwalah kalian kepada Allah dan angkatlah yang paling tua diantara kalian sebagai pemimpin. Karena sesungguhnya suatu kaum apabila mereka mengangkat yang paling tua diantara mereka sebagai pemimpin, maka mereka akan mampu menggantikan kedudukan ayah-ayah mereka. Apabila mereka mengangkat yang paling muda diantara mereka sebagai pemimpin, maka tindakan mereka itu berarti meremehkan orang-orang yang sebaya dengan mereka.” (HR. al-Bukhari no. 361 dalam al-Adabul Mufrad dari Hakim bin Qais bin ‘Ashim)        
Di antara bentuk menyayangi orang yang lebih muda adalah:


1. Mencium anak-anak.


Bahwasanya Rasulullah pernah mencium al-Hasan bin Ali sementara di sisi beliau ada al-‘Aqra bin Habis at-Tamimi yang sedang duduk. Kemudian al-‘Aqra berkata, “Sesungguhnya aku memiliki 10 anak namun aku tidak pernah mencium seorang pun dari mereka.” Lalu Rasulullah memandangnya seraya bersabda,

مَنْ لاَ يَرْحَمُ لاَ يُرْحَمُ

“Barangsiapa yang tidak menyayangi maka dia tidak disayangi.” (HR. al-Bukhari no. 5538 dan Muslim no. 4282 dari shahabat Abu Hurairah) Rasulullah juga pernah bersabda,

لاَ يَرْحَمُ اللهُ مَنْ لاَ يَرْحَمُ النَّاسَ  

“Allah tidak menyayangi orang yang tidak menyayangi manusia.” (HR. al-Bukhari no. 96 dalam al-Adabul Mufrad dari shahabat Jarir bin ‘Abdillah)



2. Bercanda dengan anak kecil.




Anas bin Malik berkata,

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ لَيُخَالِطُنَا حَتَّى يَقُولَ لِأَخٍ لِي صَغِيْرٍ يَا أَبَا عُمَيْرٍ مَا فَعَلَ النُّغَيْرُ

“Dahulu Nabi biasa bergaul dengan kami sampai-sampai beliau mengatakan kepada adik laki-lakiku yang masih kecil, “Wahai Aba Umair, apa yang dilakukan nughair (burung kecil peliharaannya)?.” (HR. al-Bukhari no. 5664 dari shahabat Anas bin Malik)


3. Mengusap kepala anak kecil.

Yusuf  bin Abdullah bin Salam berkata.

سَمَّانِي رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يُوْسُفَ وَأَقْعَدَنِى عَلَى حِجْرِهِ وَمَسَحَ عَلَى رَأْسِي

“Aku diberi nama oleh Rasulullah dengan nama Yusuf, beliau mendudukkan aku di pangkuan beliau dan mengusap kepalaku.” (HR. al-Bukhari no. 367 dalam al-Adabul Mufrad dari Yusuf bin Abdullah bin Salam)



4. Memeluk anak kecil.




Ya’la bin Murrah bercerita, “Kami keluar bersama Rasulullah dan kami diundang untuk menyantap hidangan. Ternyata al-Husain sedang bermain di jalan. Maka dengan segera Nabi maju mendahului orang-orang kemudian membentangkan kedua tangan beliau. Namun anak itu justru berlari kesana kemari sementara beliau bercanda dan tertawa bersamanya sampai akhirnya beliau berhasil menangkapnya. Dan beliau memegang dagu al-Husain dengan salah satu tangannya dan tangan yang lain memegang kepalanya kemudian beliau memeluknya, lalu beliau bersabda,

حُسُيْنٌ مِنِّى وَأَنَا مِنْ حُسَيْنٍ أَحَبَّ اللهُ مَنْ أَحَبَّ حُسَيْنًا

“Husain (bagian) dariku dan aku (bagian) dari Husain, Allah mencintai orang yang mencintai Husain.” (HR. al-Bukhari no. 364 dalam al-Adabul Mufrad dari shahabat Ya’la bin Murrah)


5. Memberikan buah kepada orang yang paling muda.

Abu Hurairah berkata, “Kebiasaan Rasulullah apabila diberi buah-buahan, beliau mendoakan,

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي مَدِيْنَتِنَا وَمُدِّنَا وَصَاعِنَا بَرَكَةً مَعَ بَرَكَةٍ

“Ya Allah, berikanlah keberkahan buat kami di kota kami, mud kami dan sha’ kami, keberkahan demi keberkahan.” Kemudian beliau memberikan buah tersebut kepada anak yang paling kecil di sebelah beliau. (HR. al-Bukhari no. 362 dalam al-Adabul Mufrad dari shahabat Abu Hurairah).

Comments

Popular posts from this blog

Ini Dia 10 Hal Penting dalam Mengajarkan Sopan Santun pada Anak

Bagaimana Merangsang Kreativitas Pra Sekolah